Masjid Wapauwe, yang terletak di Desa Kaitetu, Maluku Tengah, merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Dibangun pada tahun 1414 Masehi, masjid ini memiliki sejarah yang kaya dan arsitektur yang unik yang mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat Maluku.
Sejarah
Masjid Wapauwe di dirikan pada masa kerajaan Islam pertama di Maluku, yang di pimpin oleh Sultan Alauddin Syah. Nama “Wapauwe” sendiri berasal dari kata “Wapa,” yang berarti “tempat” dalam bahasa lokal, dan “Uwe,” yang berarti “berkumpul.” Sejak awal pendiriannya, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan pendidikan masyarakat setempat.
Keunikan Masjid Wapauwe terletak pada konstruksi bangunannya yang tanpa menggunakan paku, melainkan dengan sistem pasak dan ikatan kayu. Ini menunjukkan keterampilan dan teknologi tradisional yang di miliki masyarakat Maluku pada masa itu. Masjid ini awalnya terletak di Desa Wawane dan kemudian dipindahkan ke Kaitetu pada tahun 1614. Proses pemindahan masjid ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat setempat, sebuah bukti kuatnya solidaritas dan semangat kebersamaan mereka.
Arsitektur
Arsitektur Masjid Wapauwe mencerminkan pengaruh budaya lokal yang kental. Masjid ini di bangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan bambu, dengan atap yang berbentuk limas bertingkat yang di tutup dengan ijuk. Bagian dalam masjid di hiasi dengan ukiran-ukiran yang indah dan kaligrafi Arab yang menggambarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Ukiran-ukiran di dinding masjid menunjukkan motif-motif flora dan fauna yang khas Maluku, yang menjadi simbol keseimbangan antara manusia dan alam. Mihrab masjid, tempat imam memimpin shalat, di buat dengan sangat sederhana namun tetap mencerminkan keagungan tempat ibadah ini. Selain itu, Masjid Wapauwe juga memiliki sebuah mimbar kayu yang di gunakan oleh khatib saat menyampaikan khotbah Jumat.
Makna Penting
Masjid Wapauwe memiliki makna penting dalam sejarah Islam di Indonesia, terutama di kawasan timur Indonesia. Masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Maluku dan menjadi pusat penyebaran ajaran Islam di kawasan tersebut. Sebagai salah satu masjid tertua, Masjid Wapauwe juga menjadi simbol dari keberlangsungan tradisi Islam yang telah mengakar kuat di tengah masyarakat Maluku.
Selain itu, Masjid Wapauwe juga menjadi destinasi wisata religi yang menarik banyak pengunjung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Para wisatawan datang untuk melihat langsung keunikan arsitektur masjid serta merasakan aura spiritual yang kuat di tempat ini. Kehadiran masjid ini juga mendorong pelestarian budaya dan tradisi lokal yang terus di pertahankan oleh masyarakat setempat.
Pelestarian dan Perawatan
Mengingat nilai sejarah dan budaya yang tinggi, pelestarian Masjid Wapauwe menjadi tanggung jawab bersama. Pemerintah setempat bersama masyarakat dan berbagai pihak terkait terus berupaya untuk merawat dan mempertahankan keaslian masjid ini. Salah satu upaya yang di lakukan adalah dengan mengadakan kegiatan-kegiatan kebudayaan dan keagamaan yang melibatkan generasi muda, sehingga mereka dapat mengenal dan menghargai warisan nenek moyang mereka.
Perawatan masjid juga melibatkan ahli konservasi yang berusaha menjaga keaslian material dan struktur bangunan. Mengingat usia masjid yang sudah lebih dari 600 tahun, perawatan yang cermat dan berkelanjutan sangat di perlukan untuk memastikan masjid ini tetap berdiri kokoh dan bisa di nikmati oleh generasi-generasi mendatang.
Masjid Wapauwe bukan hanya sekedar bangunan tua, tetapi sebuah monumen yang merefleksikan sejarah panjang dan kekayaan budaya Islam di Maluku. Keberadaan masjid ini memberikan gambaran tentang bagaimana Islam masuk dan berkembang di Indonesia bagian timur, serta bagaimana masyarakat lokal mampu mengintegrasikan ajaran Islam dengan tradisi dan kearifan lokal mereka. Sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia, Masjid Wapauwe terus menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan, tidak hanya bagi masyarakat Maluku, tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia.