Fakta Masjid Agung As syuhada Pamekasan

 Fakta Masjid Agung As syuhada Pamekasan – Pada tahun 1530 Masehi, Pangeran Ronggosukowati di angkat sebagai raja di Keraton Pamellingan Pamekasan, Jawa Timur. Ia menggantikan ayahnya, Pangeran Bonorogo yang wafat di tahun tersebut.

Masjid Agung As syuhada

Ronggosukowati di daulat sebagai raja pertama yang menganut agama Islam. Sebagai raja Islam pertama, Ronggosukowati kemudian mendirikan masjid yang dikenal dengan nama Masegit Rato atau masjid raja. Kala itu masjid dibangun cukup sederhana dengan kapasitas jemaah 40 orang lebih sebagai syarat sahnya pelaksanaan ibadah shalat Jumat.

Masjid As syuhada

Namun setelah Keraton Pamellingan Pamekasan di taklukkan kerajaan Mataram, Sultan Agung memerintahkan penggusuran masjid raja dan menggantinya dengan model masjid baru mode Mataram. Masjid baru mode Mataram ini berupa atap tajung tumpang tiga berbentuk segi empat, mirip dengan Pura, bangunan tempat ibadah umat Hindu.

Saat itu Pangeran Gunungsari bergelar Adikoro I Putra Pangeran Megat Sekar atau cucu Raja Ronggosukowati yang berkuasa mewakili kekuasaan Mataram. Masjid lama digusur diganti model ala Mataram pada tahun 1624 Masehi.

Masjid Agung As syuhada

Setelah melalui perubahan tahun demi tahun renovasi kedua Masjid Agung Asy yuhada Pamekasan kemudian di lakukan pada tahun 1922 saat pemerintahan di pimpin Bupati R. Abd Jabbar. Karena jumlah jemaah yang semakin meningkat renovasi perluasan masjid di lakukan pada bagian samping dan depan.

Setelah mengalami perluasan bangunan, tahun 1939 masjid di rombak total atas anjuran Gubernur Jawa Timur van der Plass kepada Bupati Pamekasan saat itu R. Abd Azis. Bangunan baru ini menggunakan model masjid wali sanga yaitu segi empat beratap tajung tumpang tiga.

masjid agung

Masjid model baru itu tidak memiliki serambi. Namun tiang angungnya terdiri dari 16 pilar. Filosofi 16 pilar tersebut menunjukkan bahwa masjid raja di bangun pada abad ke-16 maseh. Setahun setelah renovasi, pada 25 Agustus 1940, masjid raja di resmikan dengan nama Masjid Jami Kota Pamekasan. Ada penambahan bangunan dua menara di bagian depan masjid sebelah kanan dan kiri dengan ketinggian 20 meter.

Perubahan Nama Masjid Agung As syuhada

Masjid As syuhada

Pada tahun 1947, para pejuang orang Madura menolak di jajah kembali oleh Belanda dan ini menjadi latarbelakang perubahan nama Asy Syuhada pada masjid tersebut. Para pejuang yang terdiri dari pasukan Hizbullah dan Sabilillah melakukan serangan umum terhadap Belanda.

Serangan umum pada tanggal 16 Agustus 1947, banyak menelan korban baik dari kubu Belanda maupun syuhada. Belanda berhasil di pukul mundur ke arah selatan. Sedangkan di depan masjid, sekitar 1.500 mayat syuhada bergelimpangan melawan 50.000 pasukan Belanda dan ribuan mayat syuhada itu di kubur, depan halaman masjid.

Masjid Agung As syuhada

Sebagai penghargaan atas perjuangan syuhada, maka namanya di abadikan menjadi nama masjid yakni Masjid Agung Assyuhada. Perubahan nama masjid ini di lakukan setelah renovasi total pada September 1995 di bawah kepemimpinan Bupati Subagio.

Bentuk masjid lebih modern dengan bangunan seluruhnya menggunakan cor beton. Ada 360 batang cor beton yang di tancapkan ke bumi untuk memperkuat bangunan. Sebab lokasi masjid berada di pinggir sungai yang rawan longsor. Sampai saat ini, masjid Agung Assyuhada Pamekasan masih kokoh dengan bangunan tiga lantai.

Demikian beberapa fakta tentang perubahan demi perubahan dari Masjid Asy Syuhada yang kita kenal saat ini. Semoga kita bisa mendapatkan pelajaran yang berharga dari fakta ini. Semoga bermanfaat.