Kyai Ageng Selo, kisah manusia yang mampu menaklukkan petir tercatat dalam legenda di Indonesia. Makam beliau terletak di Desa Selo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Lokasi makam berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Purwodadi.
Makam tersebut sekarang merupakan cagar budaya yang di lindungi UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992 Jo. UU Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010. Selain makam, termasuk juga masjid Kyai Ageng Selo dan Tanah Magersari, jejak beliau tercatat dalam sejarah. Sosoknya disebut sebagai keturunan raja terakhir Majapahit, Brawijaya, dari garis Ki Getas Pandawa. Beliau juga diketahui sebagai guru pendiri Kesultanan Pajang, Sultan Adiwijaya.
Letak makam Ki Ageng Selo berada di area belakang masjid. Sehingga, peziarah harus melewati jalan di samping masjid, menyusuri jalan selasar yang berujung pada pondok yang di dominasi warna hijau. Dalam pondok itulah makam beliau tersimpan. Area selasar juga menjadi wilayah yang jangan lupa untuk dilihat peziarah, karena terdapat silsilah lengkap dari Kyai Ageng Selo yang tersipan dalam pendopo.
Sebelum menyusuri selasar, pada dinding bangunan sebelah kanan jalan masuk selasar, peziarah bisa melihat tujuh pepali (larangan), yang di narasikan dalam sekar macapat, Dandanggula. Tertulis “Pepali-ku hargailah, (supaya) memberkahi, lagi pula selamat serta sehat”. Larangan memetik tanaman yang ada dalam wilayah makam, juga harus di patuhi peziarah. Terutama pohon Gandrik yang terdapat di sekitar pondok makam. Selain itu, peziarah yang datang haruslah menjaga ketenangan, agar tidak mengganggu peziarah lain yang sedang melantunkan ayat-ayat doa dengan khusyuk.