Mengenal GRC Kelebihan Dan Kekurangannya

Mengenal GRC

Mengenal GRC ? Pernahkah Anda mendengar GRC ? Fiber glass reinforced concrete atau GFRC adalah jenis beton yang di perkuat dengan serat kaca. Produk ini juga di kenal sebagai beton bertulang glassfibre atau GRC dalam bahasa pasar internasional. GRC merupakan material komposit yang terdiri dari pasir halus, semen, polimer akrilik, air, agregat, serta kaca serat tahan alkali.

Kekuatan bahan GRC bagian utama yang menahan beban adalah serat. Serat memberikan penguat untuk beton dan fungsi lainnya dalam material komposit. Serat kaca dapat di masukkan ke dalam matriks beton baik dalam susunan yang continue atau terputus-putus.

Mengenal GRC

Dalam bentuk ini, baik serat dan beton mempertahankan identitas fisik dan kimianya, menawarkan kombinasi sifat sinergis yang tidak dapat di capai bila komponen bekerja sendiri.

GRC memiliki tampilan umum seperti juga panel beton pra-cetak, tetapi berbeda dalam beberapa hal yang signifikan. Misalnya, panel GFRC, rata-rata, beratnya jauh lebih ringan dari panel beton pra-cetak dan lebih tipis. Bobotnya yang rendah mengurangi beban pada komponen struktural bangunan sehingga membuat konstruksi rangka bangunan lebih ekonomis.

Mengenal GRC

Keunggulan GRC
  • Sebagai bahan bangunan inovasi baru, GRC memiliki banyak kelebihan di bandingkan dengan bahan lainnya, antara lain:
  • GRC termasuk bahan yang ringan dan kuat, sehingga tidak membebani struktural
  • Tahan terhadap cuaca, kelembaban dan panas
  • Tidak mudah terbakar api sehingga aman
  • Tahan lama, tidak mengalami pembusukanPemasangan GRC yang lebih cepat sehingga lebih efisien dari segi waktu
  • Permukaannya yang halus sehingga hasilnya akan lebih rapi
  • Mudah di finishing, hasil yang lebih rapi dan cocok untuk eksterior dan interior
  • GRC termasuk mudah dalam perawatannya sehingga menghemat biaya maintenance
  • GRC merupakan material yang fleksibel, bisa di tekuk dan di lengkungkan
Kekurangan GRC

Selain memiliki kelebihan ternyata GRC juga memiliki kelemahan jika kita menggunakan bahan GRC pada proyek.

  • Pembuatan GRC harus melalui pabrik, sulit dibuat manual tanpa ahli yang handal
  • Bentuk GRC tidak bisa dibuat custom, harus dipesan dengan jumlah tertentu
  • Harga GRC relatif lebih mahal dibandingkan dengan beton konvensional
Mengenal GRC
Aplikasi Untuk GRC

Ada banyak sekali bagian bangunan yang bisa menggunakan bahan GRC ini. 

  • Panel Dekoratif
  • Cladding Eksterior (shell)
  • Dinding Interior
  • Penutup Lantai
  • Penutup Plafon
  • Kubah Masjid
  • Lisplang Atap
  • Pagar Rumah
  • Loster / Lubang Angin

Mengenal GRC? Mungkin sebagai konsumen paling tidak kita tahu beberapa keunggulan dan kekurangan serta cara yang tepat untuk mengaplikasikan material tersebut.

Artikel ini diolah dari berbagai sumber.
Admin : BN

Menara Berbahan Zincalume

artikel mustaka menara dekoratif

Menara berbahan Zincalume® – PT Mustaka Multi Tehnik bukan hanya spesialis di bidang produsen kubah. Tapi juga siap menerima request sesuai permintaan dan spesifikasi dari klien. Seperti project yang sedang kami kerjakan sekarang ini, kubah menara dengan bahan zincalume finishing dekoratif. Merupakan baja lembaran berlapis logam paduan komposisi 55% Almunium dan 45% seng, memakai teknik pelapisan sistem powder coating.

menara

Perpaduan warna Emas (S/Clear Gold) dan sedikit warna Coklat tua (J/ATQ COPPER) yang berbeda jenis teksturenya. Pelapisan dengan sistem powder coating ini akan menghasilkan warna yang lebih stabil. Keras dan lebih tebal di bandingkan dengan pelapisan konvensional. Ketebalan cat powder coating bisa mencapai 350 mikron atau setara dengan 0,35 mm, sedangkan ketebalan cat minyak pada umumnya sekitar 40 mikron atau setara dengan 0,04 mm.

Project menara seperti ini sudah pernah kami buat sebelumnya, tapi dengan bentuk yang berbeda tergantung permintaan pesanan dari konsumen.

Lokasi project yang kami kerjakan berada di Daerah Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Semoga project kali ini berjalan lancar sampai ke lokasi tujuan, di beri kemudahan dalam pemasangan dan keberkahan dalam segalanya. Aamin…

menara

PT Mustaka Multi Tehnik selalu mengutamakan kepuasan customer agar selalu di percayakan dalam setiap pembangunan Masjid atau Mushola di seluruh Indonesia. Menjadi produsen kubah yang berkualitas bagus dalam setiap pilihan.
Admin: BN

Telusuri Keunikan Masjid Al Dana di Abu Dhabi

Telusuri Keunikan Masjid Al Dana di Abu Dhabi

Abu Dhabi – Masjid Al Dana telah di rancang oleh X-Architects di Abu Dhabi, Dubai. Menjadi masjid tengara bagi masyarakat sekitarnya. Dengan area yang di bangun seluas 2.200 meter persegi. Masjid di tempatkan dengan hati-hati di kawasan pejalan kaki tepi laut yang menghadap ke marina.

Kemungkinan desain yang terinspirasi oleh konteks yang menjaga harmoni dengan lingkungan sekitarnya.

Abu Dhabi

“Desain yang di usulkan untuk Masjid Al Dana merayakan ruang sholat pria dan wanita secara merata. ” kata Ahmed Al-Ali, kepala sekolah X-Architects. “ Masjid ini menawarkan ruang doa yang di artikulasikan dengan baik secara spasial yang unik untuk wanita dan merupakan komponen utama dari desain. Bukan sebagai lampiran atau ekstensi. Proposal menarik perhatian pada kesetaraan gender dari sudut pandang praktik. Bahkan, ini tercermin dengan jelas dalam bentuk dan artikulasi massa masjid. ”

Sementara kubah masjid dari struktur kemiringan di maksudkan untuk membangkitkan bukit pasir yang bergeser, Kubah masjid berubah menjadi lentera di malam hari, ketika cahaya dari interior memancarkan ke arah luar. Dan pada siang hari, oculus yang tinggi membawa cahaya siang ke ruang angkasa, yang di sorotkan ke lantai interior tergantung pada waktu membentuk hubungan spiritual antara “interior bumi dan langit surgawi”.

Rancangan

Masjid Al Dana juga dirancang untuk menekankan penghematan energi. Elemen-elemen seperti oculi, perforasi dinding dan
filtrasi cahaya alami memastikan bangunan sejajar dengan langkah-langkah keberlanjutan. “Pendekatan kami pada desain bersifat eksperimental dan eksploratif,” kata Al-Ali. “Kami menata ulang komponen masjid tradisional dan menyelidiki geometri dan bahasa arsitektur. Perspektif baru yang mencerminkan kecerdasan, aspirasi dan visi UEA.”

Dia menambahkan, “Produk akhir bersifat multi-faceted, dan sesuai dengan banyak faktor dan pertimbangan – yang semuanya berinteraksi untuk membuat masjid yang avant-garde namun sangat mengakar dalam budaya dan konteksnya.”

Masjid Al Dana di maksudkan untuk melayani baik sebagai ruang keagamaan maupun sebagai ruang publik dengan plaza. Terinspirasi oleh sahan tradisional, berfungsi sebagai penghubung kota. Menurut Yazeed Obeid, arsitek senior, proyek ini dibaca sebagai intervensi lanskap yang menghubungkan dua tingkat situs dan “memudahkan pergerakan orang, menghubungkan mereka ke kawasan pejalan kaki dan laut”.

Wisata Religi Masjid Jami’ Al Riyadh Kwitang

Wisata Religi Masjid Jami’ Al Riyadh Kwitang

Masjid Jami’ Al Riyadh terletak di Jl. Kembang VI RT 001 RW 02 Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Merupakan saksi kedekatan antara umat, ulama, dan umaro. Meski berada antara jalanan sempit perkampungan penduduk, banyak tokoh yang menyambangi masjid. Sekaligus menghadiri acara di Majelis Ta’lim Kwitang, termasuk Presiden Soekarno dan Soesilo Bambang Yudhoyono. Kegiatan dakwah kawasan ini tak bisa lepas dari peranan ulama besar Habib Ali Alhabsyi Bin Habib Abdurrahman Alhabsyi. Masyarakat luas menyebutnya sebagai Habib Kwitang.

Habib Ali Alhabsyi Bin Habib Abdurrahman Alhabsyi membangun kubah masjid di daerah Kwitang pada tahun 1356 H (1938 M). Beliau meminta kawan-kawannya dari keluarga Al-Kaf agar mewakafkan tanah lokasi masjid, sampai menulis surat kepada Sayyid Abubakar bin Ali bin Abubakar Shahabuddin agar berangkat ke Hadramaut untuk berbicara langsung dengan mereka. Akhirnya tanah masjid itupun di wakafkan, dan sampai sekarang tercatat sebagai wakaf kepada pemerintah Hindia Belanda. Luas lahan masjid adalah 1.000 m². Habib Ali bersama murid-muridnya, dan penduduk setempat kemudian mendirikan sebuah majelis taklim di rumah pribadinya, yang di beri nama Baitul Makmur.

Masjid Jami’ Al Riyadh

Beberapa tahun berjalan majelis itu di ganti dengan nama Unwanul Falakh. Akhirnya sekitar tahun 1950, majelis tersebut resmi di beri nama Masjid Al Riyadh. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Masjid Kwitang. Tahun 1963 pernah di resmikan oleh Bung Karno yang kemudian memberi nama Baitul Ummah atau kekuatan umat, tetapi kemudian di ganti dengan nama semula. Pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, selain di gunakan untuk syiar agama Islam, Masjid Kwitang juga di pakai untuk tempat pertemuan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Hal yang tidak terlalu mengejutkan karena Ali Al Hasyi adalah salah satu penasehat dan orang kepercayaan Presiden Soekarno. Beliau bagian dari tentara Hisbullah yang bernama Suara Jakarta, bahkan beliau adalah pelopornya. Tanpa persetujuannya rakyat sulit bergerak. Habib Ali selalu mengajar di masjid ini sampai sekitar tahun 1960-an. Beliau kemudian mendirikan Islamic Centre Indonesia di kediamannya, ± 300 meter dari masjid.

Mengenal Lebih Dekat Masjid Jami’ Al Riyadh Kwitang

Masjid Kwitang terdiri dari dua lantai dengan sebuah menara besar di sisi kanan  depan masjid. Lantai pertama masjid di gunakan untuk sholat berjamaah, baik sholat wajib maupun tarawih saat Romadhon. Lantai kedua berupa mezanin, khusus di gunakan untuk shalat Ied, tetapi sehari-hari lantai dua ini menjadi tempat penyelenggaraan pendidikan Madrasah yang di kelola oleh Masjid Jami Al-Riyadh. Tiang tiang besar segi empat mendominasi bangunan masjid tua ini. Lokasi yang berada di tengah pemukiman padat penduduk membuat masjid ini tak memiliki halaman luas layaknya sebuah masjid besar. Pintu utama masjid hanya beberapa meter dari jalan raya di depannya. Mihrab masjid tidak di pakai sebagai tempat imam karena posisi sajadah imam berada di depan mihrab bukan di dalam ruang mihrab. Mimbar dari kayu berukir yang bentuknya menyerupai singgasana dengan beberapa anak tangga, dan saat berceramah khatib berdiri di bagian yang tertinggi. Bentuk mimbar seperti ini lazim di gunakan di Timur Tengah.

Pada masa kemerdekaan sampai era reformasi, masjid tetap berdiri kokoh. Selain untuk berdakwah dan menjalankan ibadah sehari-hari, oleh pengurus dan pengelola, masjid juga dijadikan tempat belajar secara formal. Sebuah sekolah dasar Islam bernama Madrasah Diniyyah Al Riyadh didirikan sekitar tahun 1975. Melalui lembaga pendidikan ini, masyarakat lebih mudah mengenalkan Islam pada putra-putrinya.

Kegiatan keagamaan masjid selama Romadhon sebenarnya hampir sama dengan masjid-masjid lainnya, di antaranya ceramah, tarawih, buka puasa bersama, dan pesantren kilat. Tradisi khusus yang masih dijaga sampai saat ini adalah setiap malam 25 Ramadhan selalu diadakan Khotmil Qur’an atau khataman Al Qur’an di dalam shalat tarawih. Biasanya malam itu banyak jamaah berdatangan dari luar Jakarta seperti  Surabaya, Blitar, Kalimantan, bahkan seluruh Indonesia. Acara diadakan dari pukul 21.00 WIB sampai dengan 23.00 WIB.

Masjid Al Riyadh ini sendiri memiliki keunikan yang dapat membedakan dengan masjid-masjid yang lain. Di dalam masjid terdapat makam sang pendiri, Habib Ali Al Habsyi, beserta  putranya, Habib Muhammad bin Al Habsyi dan istri putranya. Keberadaan makam mereka menjadi daya tarik bagi sebagian umat Islam untuk berziarah. Ini salah satu bentuk karomah beliau (Habib Ali), meski sudah wafat tetapi masih memberikan berkah bagi masyarakat sekitar dalam bentuk kedatangan para peziarah untuk kelangsungan warung dagang mereka.

Admin: Mustaka

Masjid Besar dan Kubah Megah Di Korea Selatan

Masjid Besar dan Kubah Megah Di Korea Selatan

Negara yang memiliki 4 musim indah ini selalu menarik perhatian turis dari berbagai dunia. Kemajuan teknologi, keindahan alam, hingga budayanya berhasil menarik banyak turis dari mancanegara setiap tahunnya. Kesempatan kali ini saya akan memberikan beberapa list masjid besar dan megah yang bisa kalian kunjungi sekaligus berwisata di Korea Selatan. Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini!

korea selatan

Masjid pertama yang harus kalian kunjungi ketika berada di ibu kota Korea Selatan yaitu Seoul, masjid yang berpusat di daerah Itaewon. Seoul Central Mosque, menjadi masjid tertua yang berdiri di Itaewon, Korea Selatan. Meresmikan Masjid megah yang indah ini pada tanggal 21 Mei tahun 1976 dan bernama Masjid Si’ul Al Markaz. Masjid yang berada di distrik Yongsan-gu, Itaewon ini memiliki luas bangunan 427 meter persegi, diperkirakan bisa menampung hingga 800  jamaah. Wow, megah sekali kan? Jangan lupa untuk mampir ke tempat ini apabila kalian ingin beribadah ya!

Selanjutnya masjid megah lainnya bisa kita temukan di Kota Ansan, merupakan daerah yang penduduknya banyak orang asing dan salah satunya adalah orang Indonesia. Masjid itu adalah Masjid Sirothol Mustaqim yang bangunan megahnya terdiri dari 4 lantai. Dimana lantai 1 digunakan sebagai area parkir, wudhu dan juga ruangan untuk imam. Lantai kedua dan ketiga guna untuk sholat, lantai keempat guna sebagai ruangan untuk kegiatan khusus orginasasi Islam di Ansan. Yuk datang dan beribdah di masjid ini!

Sebenarnya di Korea Selatan ada beberapa masjid yang bisa kita temukan dan bisa kita jadikan tempat untuk melakukan shalat. Selain dua masjid tadi, ketika kalian berkunjung ke Jeonju maka kalian bisa datang ke Masjid Abu Bakar Al-Siddiq., Masjid yang sudah beridiri sejak tahun 1985 ini memiliki arsitektur yang sangat indah dan megah karena memiliki arsitektur dengan paduan desain budaya Korea dan Islami yang bisa kita lihat dari desain atap kubah masjid. Menarik bukan?

Train to Busan? Tenang saja, Busan tidak se-ngeri yang ada di film zombie Train to Busan ya. Di Busan kita bisa menemukan masjid megah yang bisa kita kunjungi sebagai tempat wisata religi dan sekaligus kita gunakan untuk beribadah dengan nyaman. Masjid itu adalah Masjid Al-Fatah yang tepatnya berada di Namsan-dong, Geumjeong-gu, busan. Masjid yang berdiri sejak tahu 1980 ini adalah salah satu masjid tertua kedua setelah masjid di Seoul yang sudah kami sebutkan di poin 1 tadi. Di masjid yang megah dengan cat dominan putih ini kita tidak hanya bisa beribadah saja, kita bisa memperdalam Islam kita di rempat ini. Kita juga bisa membaca dan lebih mengenal agama Islam karena tersedia banyak bacaan Islami di masjid megah ini. Waw, sungguh menakjubkan ya traveler!

Masjid megah terakhir yang bisa traveler kunjungi ketika berlibur ke Korea Selatan adalah masjid Umar Bin Khattab. Masjid yang berlokasi di Gwangju tepatnya Yangsan-Dong, Buk-Gu, Gwangju.Mungkin ketika datang ke masjid ini traveler akan heran karena masjid ini berbeda dengan masjid pada   umumnya. karena masjid ini tidak mengunakan kubah dan biasa saja bentuknya. Namun jangan salah sangka karena masjid ini merupakan salah satu masjid yang menjadi penggerak umat Islam di Gwangju. Yuk datang ke masjid ini!

Nah itu tadi beberapa masjid yang bisa kita kunjungi selama berada di Korea Selatan. Selain bisa beribadah di masijd-masid ini kita juga bisa sekaligus mempelajari bagaimana perkembangan Islam di Korea.

Arsitektur Kubah Masjid Agung Al-Ikhlas Ketapang, Kalimantan Barat

masjid agung al ikhlas

Masjid Agung Al Ikhlas dibangun pertama kali pada tahun 2011 dengan dana dari APBD Kabupaten Ketapang. Keseluruhan pembangunan masjid ini menghabiskan dana hingga Rp. 50 miliar dengan rincian Rp. 37 miliar dari APBD Ketapang tahun 2011 sampai 2015, kemudian Rp. 13 miliar berasal dari dana sumbangan CSR. Pada seksi Finishing tahun 2016 lalu, kembali menghabiskan dana hingga Rp. 16 miliar. Sampai pada bulan April 2016 lalu, pembangunan masjid ini sudah sampai pada tahap Finishing sekitar 90%. Pembangunan keseluruhan baru selesai pada akhir tahun 2016 silam, meskipun pemberian ornamennya pada awal tahun 2017.

masjid agung al ikhlas

Ada banyak kontroversi yang terjadi di kalangan masyarakat sekitar, bahwa pembangunan masjid ini di nilai menghabiskan dana yang terlalu besar, sehingga muncul berbagai kecurigaan tentang adanya penyelewengan dana. Namun, panitia dan pengurusnya membantah kecurigaan tersebut, mereka menjelaskan bahwa setiap tahun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Kalimantan Barat selalu memeriksa penggunaan anggarannya, dan selalu mendapatkan predikat “Clear” atau bersih dari korupsi.

Baca Juga: Melukis Menggunakan Powder Coating? Apa Bisa?

Penggunaan pertama kali pada tanggal 12 September 2016  lalu, tepatnya pada saat pelaksanaan Sholat Idul Adha. Meski pembangunannya luas dan dapat menampung ribuan jamaah, ternyata masjid ini semakin hari semakin ramai oleh jamaah. Terutama pada saat bulan Ramadhan, sehingga masjid ini hampir tidak dapat menampung jamaah yang membludak. Jika jamaah terlalu banyak dan sudah tidak muat lagi dalam ruangan utama, pelataran dan halaman masjid yang cukup luas berguna sebagai tempat sholat dengan menggelar tikar.

Masjid Agung Al Ikhlas Kota Ketapang terkenal sebagai masjid yang memiliki interior terindah di Indonesia. Ornamen masjid ini memang menyerupai motif melayu paduan berbagai motif Arab, sehingga menghasilkan perpaduan yang epic. Bahkan, beberapa ornamen sengaja di datangkan langsung dari luar negeri.

Admin: Beniyunt

Uniknya Masjid As Safinatun Najah Kapal Nabi Nuh, Semarang

Uniknya Masjid As Safinatun Najah Kapal Nabi Nuh, Semarang

Jika berkunjung ke Semarang jangan lupa mampir ke masjid unik ini. Masjid ini dikenal dengan sebutan “Masjid Kapal Bahtera Nabi Nuh”. Ya, disebut masjid kapal karena bentuknya seperti kapal. Persisnya menggambarkan kapal Bahtera Nabi Nuh yang menyelamatkan umatnya saat negerinya diterjang banjir bandang.

Indonesia dikenal dengan banyak sekali masjid dengan arsitektur mengagumkan, salah satunya adalah Masjid As Safinatun Najah. Tak seperti masjid megah pada umumnya, masjid yang beralamat di Jalan Kyai Padak, Podorejo, Kota Semarang ini mirip dengan kapal Nabi Nuh. Saking uniknya, tak heran jika masjid berbentuk bak bahtera Nabi Nuh ini sempat viral dan mencuri perhatian warganet dari segala penjuru.

Kubah Masjid As Safinatun

masjid as safinatun

Masjid unik ini berada di kampung pinggiran Semarang wilayah Barat. Tepatnya di Jln Kyai Padak RT 5/RW 5, Kelurahan Podorejo kecamatan Ngaliyan kota Semarang, Jawa Tengah. Sekitar 15 kilometer dari bandara A Yani. Di kampung dekat hutan itulah seorang kyai bernama Achmad membangun masjid unik ini seluas 2.500 meter persegi.

Terlebih, Masjid ini berdiri di tengah kolam dan tampak mengapung layaknya kapal mengarungi luasnya samudera. Masuk ke dalamnya, Masjid ini sendiri memiliki 3 lantai. Pada lantai pertama, masjid ini dilengkapi sejumlah fasilitas umum seperti aula, tempat wudhu dan juga toilet lengkap dengan arsitektur unik. Sedangkan, para pengunjung atau wisatawan dapat melaksanakan salat di lantai dua Masjid As Safinatun Najah ini.

Rencananya, lantai 3 Bangunan Masjid As Safinatun Najah ini akan dijadikan sebagai perpustakaan juga lho. Masjid berbentuk bahtera Nabi Nuh ini ternyata telah dibangun di Semarang, Jawa Tengah sejak tahun 2014 lalu. Saking uniknya, tentu saja bangunan masjid berbentuk bahtera Nabi Nuh ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berlibur ke Semarang. Beberapa wisatawan atau warga lokal yang berkunjung bahkan tak segan untuk mengabadikan momen berfoto dengan latar belakang bangunan Masjid ini. Jika ingin berkunjung ke Masjid As Safinatun Najah ini, pengunjung harus terlebih dahulu menempuh perjalanan kurang lebuh 45 menit dari pusat kota Semarang.

 

Kubah Masjid Agung Surakarta Bergaya Adat Jawa

masjid solo adat jawa

Masjid Agung Surakarta, dahulu masjid ini bernama Masjid Ageng Keraton Hadiningrat dan di bangun oleh Pakubuwono III pada sekitar tahun 1749. Terletak di sekitar Alun-alun Utara Keraton Surakarta, tepatnya di bagian barat, masjid ini memiliki posisi penting dalam penyebaran Agama Islam di Solo.

Pembangunan masjid ini tidak terlepas dari peran penting yang di pegang oleh seorang raja pada saat itu. Ketika itu, raja tidak hanya menjadi pemangku kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan, tapi juga sebagai penyiar agama. Selain itu, pemilihan lokasi masjid yang dekat dengan keraton terinspirasi dari Masjid Agung Demak yang juga di bangun di dekat keraton dan alun-alun keraton.

Berdiri di atas lahan seluas hampir 1 hektare, bangunan utama masjid yang berukuran 34,2 meter x 33,5 meter mampu menampung sekitar 2.000 jamaah. Sepanjang perjalanannya, masjid ini telah melalui beberapa penambahan dan renovasi.

Masjid Agung Surakarta Ikonik Kota Solo

masjid solo adat jawa

Bangunan yang pertama di buat adalah bagian utama masjid. Penambahan pertama di lakukan oleh Pakubuwono IV, yang memberikan kubah masjid di bagian atas . Tidak seperti kubah pada umumnya yang bergaya Timur Tengah, kubah masjid ini bergaya Jawa. Bentuknya menyerupai paku bumi.

Penambahan berikutnya di lakukan oleh Pakubuwono X. Pakubuwono membangun sebuah menara di sekitar masjid serta sebuah jam matahari untuk menentukan waktu solat. Pintu masuk masjid pun mengalami perubahan pada masa Pakubuwono X. Pintu bercorak gapuran bangunan Jawa beratap limasan di ganti menjadi bercorak Timur Tengah – terdiri dari tiga pintu, dengan pintu yang berada di tengah lebih luas dari kedua pintu yang mengapitnya.

Sementara, Pakubuwono XIII membangun kolam yang mengitari bangunan utama masjid. Pembangunan kolam ini di maksudkan agar setiap orang yang akan masuk ke dalam masjid dalam keadaan bersih. Tapi, karena berbagai alasan, kolam ini tidak lagi di fungsikan. Selain itu, Pakubuwono XIII juga membangun ruang keputren dan serambi di bagian depan.

masjid solo adat jawa

Penambahan terakhir di lakukan oleh Pemerintah Surakarta. Masih di area masjid, di tambahkan beberapa bangunan dengan fungsi berbeda. Ada perpustakaan, kantor pengelola, dan poliklinik.

Pada masa lalu, pengurus masjid ini merupakan anggota abdi dalem keraton. Setiap pengurus diharuskan terlebih dahulu menuntut ilmu di Madrasah Mam Ba’ul ‘Ulum – yang terletak di antara masjid dengan Pasar Klewer. Tapi kini, hanya kepala pengurus masjid yang menjadi abdi dalem keraton – dengan gelar Tafsir Anom. Sementara, Madrasah Mam Ba’ul ‘Ulum dikelola oleh Departemen Agama dan dijadikan pendidikan untuk masyarakat umum.

Masih di sekitar masjid, tepatnya di sebelah utara, terdapat sebuah pemukiman yang bernama Kampung Gedung Selirang. Pemukiman ini sengaja dibangun untuk tempat tinggal para pengurus masjid. Sampai saat ini, Masjid Agung Surakarta masih menjadi pusat tradisi Islam di Keraton Surakarta. Masjid ini masih menjadi tempat penyelenggaraan berbagai ritual yang terkait dengan agama, seperti sekaten dan maulud nabi, yang salah satu rangkaian acaranya adalah pembagian 1.000 serabi dari raja kepada masyarakat.