Sejarah Masjid Al-Furqon Lendah, Kulonprogo

Sejarah Masjid Al-Furqon Lendah, Kulonprogo – Nama Al Furqon baru di berikan pada tahun 1980-an. Sebelum itu, sejak didirikan pada tahun 1860, bangunan ini belum memiliki nama dan di kenal oleh masyarakat sebagai Masjid Lendah. Seiring waktu, bangunan tersebut mengalami beberapa kali pembangunan dan renovasi, dan bentuk yang kita lihat sekarang merupakan hasil renovasi pada tahun 1996. Sebelumnya, masjid ini terletak di tengah area pemakaman, yang memberikan kesan angker karena ukurannya yang kecil dan rendah. Namun, pada tahun 1996, makam-makam tersebut di pindahkan ke pemakaman umum, dan area sekitar masjid di ubah dengan menambahkan taman bermain dan lapangan futsal untuk anak-anak, sehingga menciptakan suasana yang lebih nyaman.

sejarah masjid

Bangunan ini berdiri di atas lahan seluas hampir 2.000 meter persegi dengan luas bangunan sekitar 325 meter persegi. Lokasinya yang berada di tanah Sultan Ground membuat banyak orang mengaitkan masjid ini dengan Masjid Patok Nagari. Terutama karena kemiripan arsitekturnya. Menurut Pak Sutirto, masjid ini memiliki ikatan dengan Kraton Ngayogyakarta dan telah terdaftar secara administratif di Kraton, termasuk marbotnya yang akan mendapatkan kekancingan dari Kraton.

Sejarah Masjid Al-Furqon Lendah, Kulonprogo.

sejarah masjid

Tempat ibadah ini berada di dekat kompleks makam Kyai Landoh, tokoh penting dalam perkembangan Islam di Lendah. Meskipun terdapat perbedaan waktu antara masa hidup Kyai Landoh pada tahun 1600-an dan pembangunan masjid ini pada tahun 1860. Tidak ada catatan sejarah yang menghubungkan keduanya secara langsung. Namun, terdapat kesamaan antara mustoko atau kubah yang ada di masjid ini dengan yang ada di makam Kyai Landoh, yang sejak awal tidak pernah di ganti. Kubah ini terbuat dari keramik atau tanah liat, sehingga hingga kini kondisinya masih baik, seperti saat pertama kali di pasang. Selain kubah, bagian lain yang masih tersisa dari bangunan lama adalah tembok pagar dan beberapa kayu blandar yang ada di bangunan utama.

sejarah masjid

Renovasi masjid ini melibatkan kontribusi besar dari masyarakat sekitar. Proses renovasi di lakukan secara bertahap hingga mencapai kondisi yang ada saat ini. Sejak awal, sebagian besar biaya dan tenaga berasal dari swadaya masyarakat. Batu pondasi berasal dari sumbangan salah satu warga yang memberikan gunung batu. Pasir di ambil dari sungai Progo secara gotong royong, kayu berasal dari pohon yang di sumbang oleh masyarakat sekitar. Batu bata di buat secara bersama-sama di tanah kas Desa Jatirejo. Besarnya partisipasi masyarakat inilah yang membuat mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk memakmurkan tempat ibadah ini.

Sumber : LENDAH – Al Furqon, Masjid Tertua dan Bersejarah di Lendah (kulonprogokab.go.id)